Eat pray love sebuah judul film yang sempat menghebohkan kala waktu
disebut-sebut kalo Bali menjadi salah satu lokasi syuting bahkan
sebagain besar katanya akan dilakukan di salah satu pulau eksotik yang
dimiliki Indonesia ini. saya sangat excited sekali dengan kehadiran film
ini yang sedkit banyak diharapkan bisa mengangakat nama Indonesia di
dunia khususnya dalam bidang film dan pariwisata.
Film
dibuka dengan rasa ketidakpuasan Elizabeth Gilbert 'liz' (julia robert)
dalam menjalani kehidupanya,terutama masalah rumah tangga yang sedang
dijalaninya. Kebingungan mengenai kapan saatnya siap mempunyai anak dan
atau dimanakah posisi kebahagiaan dia sekarang ini menjadi batu ganjalan
dalam hatinya yang akhirnya membawa keputusan yang pahit bagi pasangan
itu,yaitu perceraian. Namun justru karena itu pula,dia akhirnya
memutuskan untuk melakukan perjalanan ketiga negara yaitu Italia,India
dan Bali *saya bingung kenapa ogah sekali menyebut nama Indonesia
disini,walau pernah disebut satu kali* setelah sebelumnya kembali gagal
merajut cinta dengan pria yang lebih muda 'David' (James franco).
Maka
dimulaialah perjalanan nya itu dimulai dari Italia yang terkenal dengan
makananya,lalu India dengan spiritualnya dan kemudian Bali yang
menggabungkan semua unsur yang pernah liz dapatkan di Italia dan India.
Apakah
hanya sekedar perjalanan wisata sajakah film ini?,tentu saja
tidak,seperti yang sudah kita ketahui,film yang diangkat dari novel best
seller dengan judul yang sama ini,menceritakan tentang seorang wanita
yang mencari keseimbangan dalam hidupnya.
Namun sayang,Ryan Murphy
selaku sutradara kurang mampu menggali 'apa sebenarnya?' yang mendasari
sang tokoh untuk melakukan tindakan tersebut.
Apa dengan rasa
ketidakpuasan sang tokoh utama 'liz' yang digambarkan begitu ringannya
sudah cukup mendasari tindakan tersebut?, menurut saya sama sekali
belum. Cara penggambaran murphy selaku sutradara dalam latar belakang
sang tokoh melakukan tindakan tersebut masih saya anggap sangat
'cemen' dalam artian permasalahan yang digambarkan Murphy masih bisa
diperbaiki karena belum sampai dalam tahap kronis kalau memakai istilah
dalam penyakit.
Walau pada kenyataanya film ini tidaklah begitu menarik, setidaknya masih banyak bagian yang saya anggap masih cukup menarik. Roma yang memperlihatkan bagitu banyak makanan yang
sampai-sampai mulut saya berair, India yang mengumbar kelucuan saat
semedi dan Bali Indonesia yang,,,oh god,,,,digambarkan dengan indahnya.
Disamping
semua itu,saya semakin bangga dengan aktor-aktor Indonesia, Cristin Hakim mampu membawakan karakter Wayan dengan pas bahkan sangat ok kalo
menurut saya, tidak ada kecanggungan antara mimik muka,gerak tubuh serta
pelapalan bahasa Inggris yang di ucapkanya. Dan Aryani Kiergenburg Wilems (aktris pembantu terbaik *under the tree*) menmpilkan sebuah
penampilan yang luar biasa mengena walau hanya tampil sekilas demi
sekilas,tp itu tidak masalah selama karakter yang dimainkanya begitu
mengena. Bagaimana dengan peran Ketut yang dimainkan oleh warga asli
lokal?, saya rasa untuk ukuran pemain pemula yang bahkan sebelumnya
dia belum pernah berakting,saya rasa dia memberikan porsi yang pas
sesuai karakter yang diperankaya.
Secara
keseluruhanya film ini terkesan biasa saja, walau saya akui ada beberapa adegan yang mampu membuat saya betah untuk menontonya.
overall :5/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar