Kamis, 27 Oktober 2011

Eat Pray Love


Eat pray love sebuah judul film yang sempat menghebohkan kala waktu disebut-sebut kalo Bali menjadi salah satu lokasi syuting bahkan sebagain besar katanya akan dilakukan di salah satu pulau eksotik yang dimiliki Indonesia ini. saya sangat excited sekali dengan kehadiran film ini yang sedkit banyak diharapkan bisa mengangakat nama Indonesia di dunia khususnya dalam bidang film dan pariwisata.

Film dibuka dengan rasa ketidakpuasan Elizabeth Gilbert 'liz' (julia robert) dalam menjalani kehidupanya,terutama masalah rumah tangga yang sedang dijalaninya. Kebingungan mengenai kapan saatnya siap mempunyai anak dan atau dimanakah posisi kebahagiaan dia sekarang ini menjadi batu ganjalan dalam hatinya yang akhirnya membawa keputusan yang pahit bagi pasangan itu,yaitu perceraian. Namun justru karena itu pula,dia akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ketiga negara yaitu Italia,India dan Bali *saya bingung kenapa ogah sekali menyebut nama Indonesia disini,walau pernah disebut satu kali* setelah sebelumnya kembali gagal merajut cinta dengan pria yang lebih muda 'David' (James franco).

Maka dimulaialah perjalanan nya itu dimulai dari Italia yang terkenal dengan makananya,lalu India dengan spiritualnya dan kemudian Bali yang menggabungkan semua unsur yang pernah liz dapatkan di Italia dan India.

Apakah hanya sekedar perjalanan wisata sajakah film ini?,tentu saja tidak,seperti yang sudah kita ketahui,film yang diangkat dari novel best seller dengan judul yang sama ini,menceritakan tentang seorang wanita yang mencari keseimbangan dalam hidupnya.
Namun sayang,Ryan Murphy selaku sutradara kurang mampu menggali 'apa sebenarnya?' yang mendasari sang tokoh untuk melakukan tindakan tersebut.
Apa dengan rasa ketidakpuasan sang tokoh utama 'liz' yang digambarkan begitu ringannya sudah cukup mendasari tindakan tersebut?, menurut saya sama sekali belum. Cara penggambaran murphy selaku sutradara dalam latar belakang sang tokoh melakukan tindakan tersebut masih saya anggap sangat 'cemen' dalam artian permasalahan yang digambarkan Murphy masih bisa diperbaiki karena belum sampai dalam tahap kronis kalau memakai istilah dalam penyakit.
Walau pada kenyataanya film ini tidaklah begitu menarik, setidaknya masih banyak bagian yang saya anggap masih cukup menarik. Roma yang memperlihatkan bagitu banyak makanan yang sampai-sampai mulut saya berair, India yang mengumbar kelucuan saat semedi dan Bali Indonesia yang,,,oh god,,,,digambarkan dengan indahnya.

Disamping semua itu,saya semakin bangga dengan aktor-aktor Indonesia, Cristin Hakim mampu membawakan karakter Wayan dengan pas bahkan sangat ok kalo menurut saya, tidak ada kecanggungan antara mimik muka,gerak tubuh serta pelapalan bahasa Inggris yang di ucapkanya. Dan Aryani Kiergenburg Wilems (aktris pembantu terbaik *under the tree*) menmpilkan sebuah penampilan yang luar biasa mengena walau hanya tampil sekilas demi sekilas,tp itu tidak masalah selama karakter yang dimainkanya begitu mengena. Bagaimana dengan peran Ketut yang dimainkan oleh warga asli lokal?, saya rasa untuk ukuran pemain pemula yang bahkan sebelumnya dia belum pernah berakting,saya rasa dia memberikan porsi yang pas sesuai karakter yang diperankaya.

Secara keseluruhanya film ini terkesan biasa saja, walau saya akui ada beberapa adegan yang mampu membuat saya betah untuk menontonya.

overall :5/10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar