Selasa, 01 November 2011

Colombiana


Film-film dengan tema balas dendam atau sekarang sudah sangat dikenal dengan sebutan "vengeance" memang selalu menarik dimata saya. Tidak usah dipertanyakan lagi kenapa saya begitu suka dengan tema film-film seperti ini. Karena pada kenyataanya, film yang bercerita balas dendam selalu mampu membangkitkan emosi terdalam manusia bahkan untuk ukuran manusia yang angat cuek sekalipun. Balas dendam adalah hal pertama yang paling sering dipikirkan manusia saat diri kita sendiri atau seseorang yang sangat penting dan berarti bagi hidup kita telah tersakiti, bahkan untuk ukuran seorang Profesor sekalipu yang "katanya" lebih banyak melakukan tindakan berdasarkan akal dibandingkan dengan dorongan hati atau perasaan. Walau cara untuk balas dendam itu sendiri berbeda-beda.

Diceritakanlah seorang anak dari Colombia 'Cataleya' (yang besarnya nanti diperankan Zoe Saldana) yang pergi seorang diri untuk bertemu dengan pamanya di Amerika nun jauh disana setelah kedua orangtuanya tewas oleh komplotan yang sebenarnya masih satu kekerabatan, entah karena apa sehingga mereka saling berselisih paham sampai pada akhirnya harus ada satu pihak yang menjadi korban. Tidak jelaskan secara detail memang apa sesungguhnya yang membuat mereka berselisih paham, bahkan sebuah "chif"pun tidak jelas apa kegunaanya. "Ini film tentang balas dendam,tidak usahlah terlalu terperinci mengenai hal-hal lainya,yang penting balas dendam dan pembunuhan di mana-mana" mungkin itu yang dipikirkan orang-orang yang terlibat didalamnya.
Cataleya akhirnya berhasil bertemu dengan pamanya,tanpa tidak ragu lagi pada saat itu juga, dia mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang pembunuh. Sang paman pun jelas tidak bisa menolak, hanya saja menurut sang paman, seorang pembunuh handal tidaklah hanya menguasai dalam menggunakan senjata-senjata dan cara berkelahi saja, tapi juga harus bisa membaca psikologis orang yang akan kita hadapi. Sampai pada akhirnya dia dewasa, dan siap membunuh satu persatu orang-orang yang memang pantas dibunuh termasuk target nomor satu dirinya yaitu komplotan pembunuh kedua Orang tuanya.

Munculnya nama Luc Besson disini jelas semakin membangkitkan niat kita untuk pergi menonton filmnya. Karena secara tidak langsung kita akan terbayang-bayangi filmnya yang boleh dibilang cukup sukses,menghibur atau bahkan sebagian orang menganggapnya bagus. Nama Olivier Megaton pun cukup menjanjikan lah walau kita tahu dia baru menyutradarai film "transporter 3" dan film-film pendek.

Pada akhirnya Colombiana memang film yang cukup menghibur. Tapi saya rasa filmnya masih bisa jauh lebih baik dari ini. Entah kenapa film yang bertema balas dendam ini masih kurang terasa geregetnya, apakah karena dasar penuntutan balas dendam yang kurang begitu terasa karena Oliver magaton atau Luc besson atau siapapun yang bertanggung jawab besar terhadap film ini masih terlihat malu-malu dalam menampilkan adegan sadis yang nantinya mampu membangkitkan rasa keingingan balas dendan yang sangat kuat. Salah satu contoh kenapa film I Saw The Devil begitu sangat mengena? karena tidak lain,kita diperlihatkan hal yang mampu membangkitkan sisi terdalam emosional kita untuk membalaskannya jauh lebih menyakitkan. Kalaupun tidak dengan adegan seperti itu,maka alangkah baiknya ikatan yang kokoh harus mampu diperlihatkan. Saya masih ingat film Man of Fire yang dibintangi Denzel washington dan Dakota Fanning yang merupakan salah satu film favorit saya. Difilm itu Creasy (washington) bukanlah siapa-siapa Pita (fanning),tapi kenapa balas dendam yang dia lakukan begitu terasa tersampaikan kepada kita? Jelas saja karena ikatan mereka berdua berhasil membuat sisi terdalam dari hati kita benar-benar terusik.

Bagaimana dengan Saldana sendiri? saya rasa bentuk tubuhnya yang terbungkus baju ketat sudah sangat mewakili kelenturanya untuk menembus jeruji-jeruji sempit sekalipun. Hanya saja cukupkah persiapan yang dia lakukan untuk membunuh orang yang jelas tidak sembarangan itu?. Dan lagi aksi dia masih kurang terasa wahhh,..come on,seriuskah cuma segitu? Saya malah berharap dia mampu loncat-loncat dengan lentur di atas meja dengan indah layaknya pesenam peraih medali emas Olimpiade dari china, ditambah sedikit kesalahan seperti vas bunga yang mau jatuh tapi berhasil diambil kembali. Terdengar klise bukan? tapi jujur itu mutlak sangat diperlukan. Dengan datang secara tiba-tiba,kemudian dengan sekejap sudah memegang pistol dihadapan sang target bagi saya itu sesuatu yang masih perlu diperbaiki karena benar-benar tidak indah.

Terlepas dari itu semua, Colombiana adalah film yang cukup menghibur meskipun banyak kekurangannya.

Overall : 6/10

__________________________________________________________________________________

Nb : Saat saya nonton,kalau tidak salah saya duduk d kursi 11E,dan dibelakng saya duduk sepasang suami istri,yang berarti duduk di kursi D 11 dan 12. Saat memasuki 15 menit terakhir kurang lebih, tiba-tiba si Bapa berbicara dengan cukup keras yang tentu saja terdengar oleh telinga saya memang cukup sensitif. Kira-kira seperti ini kata-katanya "Ahhh,...Gelut jeung nuboga lalakon,...hahahaha" saat itu juga saya berfikir,dan langsung tertawa kecil sambil bilang dalam hati "si Bapak kata-katana emang Epic Surepic".

*semoga terhibur






 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar